Budaya

Anna Martyna Sinamo : Lembaga Adat Pakpak Yang Beribawa (1)

LEMBAGA ADAT PAKPAK YANG BERWIBAWA (1)

Penulis : Anna Martyna Sinamo

JAKARTA, pelitarakyat.com- Bermula dari keprihatinan terhadap melemahnya identitas budaya dan jati diri Pakpak pada individu, marga, suak dan suku Pakpak secara umum, ditandai dengan berkurangnya penutur bahasa Pakpak, berkurangnya luasan tanah ulayat, kurangnya/punahnya upacara dan ritus adat, mengganti marga dengan identitas suku lain, lemahnya ikatan kekerabatan serta menurunnya rasa kebersamaan sebagai orang Pakpak, telah membuat suku Pakpak ditengarai telah sampai pada disintegrasi budaya.

Menyoal disintegrasi budaya ini berdampak pada minimnya keterlibatan para stakeholder masyarakat seperti akademisi, politik, pejabat, pengusaha, pemuda, perempuan pada pengembangan, pelestarian budaya Pakpak itu sendiri.

Iklan

Sikap apatis dan tidak mau terlibat secara aktif dalam berbagai perkumpulan marga, kampung, organisasi bahkan pada gereja dan perwiridan yang mengatasnamakan Pakpak telah menjelaskan lebih jauh lagi tentang bagaimana partisipasi sosial dan budaya Pakpak menjadi sebuah sinyal melemahnya identitas budaya dan jati diri Pakpak pada diri orang Pakpak itu sendiri.

Menjadi jamak pemandangan di kampung dan di rantau, orang Pakpak tidak menggunakan adat dan budaya Pakpak sebagai ciri dan cara Pakpak dalam berbudaya sebagai identitas dirinya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam moment-moment khusus seperti pernikahan dan dukacita.

Baca Juga  Menteri Sandiaga Kudadiri: Program Semesta Dairi Memanggil Terobosan Eddy Berutu yang Kreatif

Dapat disimpulkan upacara adat mendhe (sukacita), adat njahat (dukacita) maupun pada kerja serupa (sedekah bumi) sudah sangat menurun pelaksanaannya di masyarakat, seiring melemahnya identitas budaya dan jati diri Pakpak tersebut.

Tentu keprihatinan tersebut menjadi perhatian yang serius kepada semua tokoh-tokoh Pakpak agar mulai memberi perhatian yang serius dan mulai membentuk sebuah upaya yang nyata dalam upaya mencegah meluasnya kerusakan dan melemahnya identitas budaya Pakpak tersebut.

Tulisan berseri ini dibuat untuk memberikan kesempatan kepada semua pemerhati budaya, pemerintah, akademisi, tokoh adat, tokoh politik, dan pemuda untuk mengambil sebuah langkah strategis dan mendesak, agar dibuat dalam bentuk program kerja yang bisa langsung ditindak lanjuti dalam implementasinya.

Setelah diskusi yang panjang dan lama di berbagai WAG Pakpak maka tibalah pada sebuah kesimpulan, bahwa melemahnya identitas budaya dan jati diri Pakpak terutama karena peran pemimpin tradisional Pakpak telah hilang perannya dalam masyarakat adat Pakpak itu sendiri.

Iklan

Pemimpin tradisional Pakpak, adalah Raja Aur, Pertaki, Permangmang dan Sulang Silima marga-marga yang tergabung dalam suatu persekutuan marga dalam suatu tanah ulayat tertentu.

Baca Juga  Pemkab Dairi Gelar Puncak Festival Dairi Kreatif

Hilangnya peran pemimpin tradisional Pakpak tentu tidak terlepas dari kolonialisme Belanda di Tanoh Pakpak, dan setelah kemerdekaan Indonesia orang Pakpak tidak pernah juga meminta kepada pemerintah untuk memberikan hak-hak adat yang sebenarnya sudah diatur oleh Undang-undang.

Permendagri No. 23 Tahun 1997, UU No. 6 Tahun 2014, Permendagri No. 18 Tahun 2018 adalah dasar hukum yang sah tentang bagaimana lembaga adat diberikan hak dan kewenangan oleh negara dan pemerintah mengatur, mengurus dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan adat istiadat dan hukum adat setempat di dalam wilayah Republik Indonesia.

UU tersebut juga mengamanatkan bagaimana melembagakan adat dan kebiasaan secara turun temurun yang berkembang di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan atau dalam masyarakat hukum adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan dalam wilayah hukum adat tersebut.

Dengan kata lain, menghidupkan kembali peran pemimpin tradisional yang sudah mati suri dengan memperkuat lembaga sulang silima marga-marga dengan membentuk DEWAN ADAT PAKPAK yang berwibawa yang terdiri dari semua sulang silima marga-marga adalah solusi menyikapi perubahan Budaya di Masyarakat Pakpak.

Next Part 2
Oleh: Anna Martyna Sinamo

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Iklan
Back to top button